Ilmuwan Jepang berhasil menciptakan otak transparan. Dengan menggunakan larutan bernama Sca le, ilmuwan itu megubah otak putih tikus yang semula berwarna keruh menjadi sebening kristal.
Otak transparan yang diciptakan bisa membantu ilmuwan melihat penanda fluorescent yang disisipkan pada tikus putih. Medical imaging memasuki era baru dengan penciptaan otak transparan ini.
"Penelitian kami saat ini memang fokus pada otak tikus, namun aplikasinya tak terbatas pada tikus maupun otak," kata Atsushi Miyawaki, peneliti RIKEN Brain Institute Jepang yang menciptakan otak transparan ini.
"Kami bisa mengembangkan pemakaian Sca le untuk organ lain seperti jantung, otot dan ginjal serta pada jaringan dari primata dan sampel biopsi manusia," lanjut Miyawaki seperti dikutip National Geographic.
Sca le merupakan larutan yang terbuat dari bahan yang relatif sederhana. Komposisinya adalah urea (senyawa utama pada urin), gliserol (senyawa yang juga terdapat pada sabun) dan deterjen yang disebut Triton X. Untuk membuat otak transparan, organ otak direndam selama 2 minggu dalam larutan ini.
Tak seperti larutan lain yang juga digunakan untuk membantu melihat otak, Sca le tak menghilangkan penanda fluorescent. Selama ini, penanda fluorescent dipakai untuk membantu fluorescent imaging.
Teknik fluorescent imaging sendiri digunakan untuk memetakan arsitektur otak, mulai jaringan saraf, pembuluh darah dan struktur lain.
Otak transparan yang diciptakan bisa membantu pemetaan arsitektur otak. Lebih luasnya, organ transparan bisa membantu pencitraan awal sebelum melakukan pencitraan yang lebih mahal seperti CT Scan dan MRI.
Aplikasi untuk penanganan penyakit, dokter bisa menganalisa apakah perawatan yang diberikan benar-benar berdampak pada organ target. Ini hal yang belum bisa dilakukan sebelumnya dalam dunia medis.
Meski banyak manfaatnya, larutan Sca le tidak akan digunakan segera secara luas. Miyawaki mengatakan, Sca le saat ini masih terlalu toksik untuk digunakan.
"Saat ini kami sedang mencari kandidat reagen lain yang memungkinkan kita mempelajari jaringan hidup dengan cara yang sama dengan transparansi yang lebih rendah," jelas Miyawaki. Penemuan Miyawaki dipublikasikan di Jurnal Nature Neuroscience.
Entri Terkait:
Pengetahuan
- Mengenal Ragam Jejaring Sosial yang Aman Bagi Anak
- 2012, Kiamat Dibatalkan
- Asal - usul Proses Terbentuknya Pulau Jawa
- Tentang Dajjal dan Hari Kiamat
- 7 Alasan Mengapa Bangun Pagi Baik Untuk Kesehatan
- Referensi Kedua Tentang Kiamat 2012
- Akankah Betelgeuse Meledak Sebelum Tahun 2012
- Dua Galaksi Ciptakan Black Hole Raksasa
- Petir Abadi Sepanjang Tahun di Venezuela
- 10 Fakta Mengesankan Tentang Hidup di Luar Angkasa
- Berbagai Fakta Tentang Youtube
- Berapa Kapasitas Maksimal Penduduk Bumi?
- Cara Menangkal Serangan Santet Menurut Hukum Fisika
- Bumi adalah Jupiter yang Gagal
- 'Senjata' Baru Ilmuwan Hentikan Pemanasan Global
- Kepler-16b, Planet Unik yang Memiliki Dua Matahari
- NASA Merilis Foto-foto Dari Lokasi Pendaratan Manusia di Bulan
- Sejarah Mengapa 1 Menit = 60 Detik
- Alasan Kenapa Semut Berhenti Sejenak Ketika Bertemu Dengan Semut Lain
- Terungkap! Dua Rahasia Perilaku Terbesar Semesta
- NASA Temukan " Aliran Sungai " di Mars
- Kenapa Jari Keriput Saat Basah ?
- Waspadai Kram Jantung Saat Berolahraga Keras
- Ternyata Panel Surya Bisa Dicetak Pada Selembar Kertas